Jumat, 28 Oktober 2011

NILAI BUKANLAH TUJUAN DARI PENDIDIKAN



Sebenarnya saya tidak setuju dengan sistem penilaian, apalagi dengan adanya KKM.

Sistem penilaian yang lebih menitikberatkan pada kemampuan kognitif karena porsi untuk nilai ulangan harian dan UAS paling besar, sedangkan nilai karya dan pengamatan performace hanya mendapat porsi yang kecil.

Apalagi guru cenderung “ngaji” nilai performance di akhir semester karena tidak mempunyai data pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Adanya KKM alih-alih meningkatkan mutu pendidikan, justru menambah beban siswa karena disuruh guru mengerjakan soal-soal sampai mencapai KKM.

Siswa merupakan korban ambisi pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, ambisi guru agar dibilang sukses mengajar karena nilai mata pelajarannya bagus-bagus (di atas KKM), dan tentu saja ambisi orang tua yang bangga dengan nilai-nilai anaknya yang tinggi.

Ada hal yang justru sangat penting, namun kita sebagai guru dan orang tua lupa.

Nilai bukanlah tujuan dari pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang berakhlak dan berilmu.

Akhlak atau yang sekarang lebih terkenal dengan karakter merupakan pondasi bagi siswa sebagai bekal untuk bergaul dalam masyarakat agar bisa berguna untuk agama, masyarakat, dan bangsa.

Sedangkan ilmu berguna untuk bekal melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya dan menyiapkan pekerjaan atau memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga mestinya penilaian yang lebih banyak porsinya adalah penilaian pengamatan akhlak siswa dan proses pembelajaran yang menunjukkan bagaimana akhlak siswa dan seberapa siswa bisa melakukan hal-hal yang sudah dipelajari.

Penilaian bertujuan untuk melihat akhlak siswa dan kemampuan atau kompetensi terhadap suatu bidang ilmu, apakah sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau belum.

Kalau sudah tercapai dilanjutkan pada program selanjutnya, jika belum diperbaiki agar bisa tercapai.

Sehingga penilaian merupakan sarana atau alat untuk melihat keberhasilan suatu program pembelajaran, bukan untuk memvonis siswa pintar atau tidak dan lulus atau tidak.

Padahal lain kemampuan siswa berbeda-beda.

Ada yang menonjol di bidang akademis, ada yang bidang seni, dan ada yang olah raga.

Ada yang mudah memahami dan melakukan program pembelajaran dan ada pula yang harus diulang-ulang.

Sehingga tidaklah tepat kalau semua siswa harus mencapai KKM tertentu yang disamaratakan semua siswa dalam satu kelas.

Apalagi penilaiannya hanya berdasarkan kemampuan kognitif.

Mestinya setiap siswa mempunyai KKM tertentu dan berbeda-beda pada setiap bidang yang dipelajari sesuai dengan kemampuan dan potensinya.

Namun, ini memang bukan pekerjaan yang mudah.
Read More..